Tuesday, July 7, 2015

{BAB TIGA 16} QANA’AH (al-Qusyairiyyah)

| Tuesday, July 7, 2015
TERJEMAH KITAB 
RISALATUL-QUSYAIRIYYAH
PENJELASAN TENTANG
“TAHAPAN-TAHAPAN (MAQAMAT) PARA PENEMPUH JALAN SUFI”

16.
QANA’AH

Allah swt. berfirman :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki- maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (Qs. An-Nahl : 97).
Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda :
“Qana’ah (menerima pemberian Allah) adalah harta yng tidak pernah sirna.” (Hr. Thabrani).
Diriwayatkan oleh Abu Hrairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda :
“Jadilah orang yang wara’ maka engkau akan menjadi orang yang paling berbakti kepada Allah swt. Jadilah engkau orang yang menerima (pemberian-Nya), engkau akan menjadi orang yang paling bersyukur. Cintailah manusia sebagaimana (kamu mencinta0 dirimu sendiri, maka engkau menjadi orang yang beriman. Perbaikilah dalam hidup bertetangga dengan tetanggamu, engkau akan menjadi orang Muslim. Dan sedikitlah tertaa, sebab banyak tertawa mematikan hati.” (H.r. Baihaqi).
Dikatakan : “rang-orang miskin itu mati, kecuali mereka yang dihidupkan Allah dengan kebesaran qana’ah.”
Bisyr al-Hafi berkata : “Qana’ah adalah seorang raja yang hanya tinggal di dalam hati yang beriman.”
Abu Sulaiman ad-Darany berkomentar : “Hubungan Qana’ah dengan ridha adalah seperti hubungan antara maqam wara’ dengan zuhud. Qana’ah adalah awal ridha, dan wara’ adalah awal zuhud.”
Dikatakan : “Qana’ah adalah sikap tenang dalam menghadapi hilangnya sesuatu yang biasa ada.”
Abu Bakr al-Maraghy menjelaskan : “Orang yang cerdas adalah orang yang menagani dunianya, dengan qana’ah dan tidak bergegas-gegas, tapi mengurusi urusan akhiratnya dengan penuh kerakusan dan ketergesaan, menangani urusan agamanya denga ilmu dan ijtihad.”
Abu Abdullah bin Khafif berkata : “Qana’ah adalah meningkatkan keinginan terhadap apa yang telah hilang atau yang tidak dimiliki, dan menghindari ketergantungan keapda apa yang dimiliki.”
Dikaakan mengenai firman Allah swt. “Allah akan menganugerahi mereka rezeki yang berlimpah)>” (Qs. Al-Hajj : 88), bahwa yang dimaksud di sini adalah qana’ah.
Muhammad bin Ali at-Tirmidzy menegaskan : “Qana’ah adalah kepuasan jiwa terhadap rezeki yang diberikan.”
Dikatakan : “Qana’ah adalah menemukan kecukupan di dalam apa yang ada dan tidak menginginkan apa yang tiada.”
Wahb menuturkan : “Kehormatan dan kekayaan berkelana mencari teman. Mereka berjumpa dengan qaba’ah dan mereka hinggap menetap apdanya.”
Dikatakan : “Orang yang merasa qana’ah akan menemukan bubur yang lezat.” Dikatakan juga, “Orang yag selalu kembali kepada Allah swt. dalam segala hal, akan dianugerahi qana’ah.”
Dalam sebuah cerita disebutkan ketika Abu Hazim melewati seorang penjual daging yang mempunyai sejumlah daging berlemak, si penjual berkata kepadanya : “Ambillah sedikit, wahai Abu Hazim, karena daging ini berlemak!.” Abu Hazim menjawab, “Aku tidak membawa uang.” Si pedagang berkata : “Aku beri engkau waktu untuk mebayarnya.” Abu Hazim menjawab : “Jiwaku masih lebih baik menunggu daripadamu.”
Salah seorang Sufi ditanaya : “Siapakah orang yang paling qana’ah di antara ummat manusia>” Ia menjawab : “Yaitu orang yang paling berguna bagi ummat manusia dan paling sedikit upahnya.”
Dikatakan dalam kiab Zabur : “Orang yang Qana’ah adalah orang yang kaya, sekalipun ia dalam keadaan lapar.”
Dikatakan : “Allah swt. menempatkan lima perkara dalam lima tempat : Keagungan dalam ibadat, kehinaan dalam dosa, kehidmatan dalam bangun malam, kebijaksanaan dalam perut kosong, dan kekayaan/cukup dalam qana’ah.”
Ibrahim al-Maristany berkata : “Lakukanlah pembalaan terhadap kerakusanmu dengan qana’ah sebagaimana engkau membalas dendam kepada musuhmu dengan qisas.”
Dzun Nuun al-Mishry berkata : “Orang yang qana’ah selamat dari orang-orang semasanya dan berjasa atas semua orang.”
Dikatakan, Orang yang qana’ah akan menemukan istirah dari kecemsan dan berjaya atas segala sesuatu.”
Al-Kattany mengatakan : “Barangsiapa menjual kerakusan demi qana’ah berarti telah memperoleh keagungan dan kebesaran.”
Dikatakan : “Kesedihan dan rasa gelisah menjadi panjang bagi orang yang matanya mengejar apa yang dimiliki orang lain”
Kaum Sufi sering membacakan syair berikut :
Betapa indahnya pemuda.
Dari hari-hari yang lapar
Lebih terhormat dari kekayaan yang disetai lapar.
Dalam suatu cerita disebutkan : “Seorang laki-laki melihat seorang yang bijaksana sedang mengunyah potongan-potongan sayur yang dibuang di tempat air, dan berka kepadanya,: “Jika saja Anda mau mengabdi kepada Sultan, niscaya Anda tidak perlu makan-makanan begini. Orang bijak itu menjawab : “Dan Anda, seandainya saja Anda mau berqana’ah dengan makanan begini, niscaya Anda tidak pelu mengabdi kepada Sultan.”
Mengenai firman Allah swt. :
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan.” (Qs. Al-Infithar :13).
Dikatakan bahwa kata na’im adalah qana’ah di dunia. Dalam Ayat berikutnya :
“Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” (Qs. Al-Infithar :14).
Kata Jahim berarti kerakusan di dunia.
Mengenai firman Alalh swt. :
“Tahukah kamu, apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan.” (Qs. Al-Balad :12-3).
 Dikatakan bahwa ayat ini berarti : Membebaskan orang dari kerendahan sifat tamak.”
Dikatakan bahwa firman Allah swt. : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait.” (Qs. Al-Ahza :33), berarti, “menghilangkan sifat kikir dan iri.”
Dan firman-Nya selanjutnya : “Dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Qs. Al-Hazab :33)) berarti : Melalui sifat murah hati dan tidak pelit dalam memberi.”
Mengenai firman Allah Swt. : “Ia berkata : “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku.” (Qs. Shaad:35). Berarti : “Anugerahkanlah kepadaku derajat qana’ah yang dapat membuatku sendiri, dibanding sibuk dengan pesoalanku, yang dengannya aku akan merasa ridha dengan ketentuan-Mu.”
Dikatakan mengenai firman Allah swt. : “Aku (Sulaiman) pasti akan menghukum (burung hud-hud) dengan hukuman yang pedih.” (Qs. An-Naml :21), bahwa ayat ini berarti : “Aku akan menaggalkan darinya sifat qana’ah dan memberinya cobaan dengan sifat rakus.” Yakni : “Aku akan memohon kepada Allah swt. agar melakukan hal ini terhadapnya.”
Abu Yazid Bisthamy ditanya : “Bagaimana Anda bisa sampai pada kedudukan  sekarang ini?” Ia menjawab : “Aku mengumpulkan harta benda dunia ini lalu mengikatnya dengan tali qana’ah. Lalu aku menempatkan mereka dalam ketepil keikhlasan dan melontarkannya ka lautan putus asa. Maka aku pun bisa istirahat.”
Abdul Wahahb, paman Muhammad bin Farhan, menuturkan, : “Aku sedang duduk-duduk bersama al-Junayd di sat musim haji, dan disekelilingnya ada sekelompok besar orang non Arab, termasuk beberapa orang yang telah dibesarkan di lingkungan rang Arab. Seseorang datang kepadanya dengan membawa uang limaratus dinar, yang diletakkannya di hadapan al-Junayd, lalu Junayd berkata, : “Sebarkan pada orang-orang fakir.” Sambil bertanya kepadanya : “Apakah kamu masih punya uang selain ini?” Ia menjawab : “Ya, aku masih punya banyak.” Al-Junayd bertanya kepadanya : “Apakah kamu ingin memperoleh lebih banyak dari yang kamu miliki sekarang?” Ia menjawab : “Ya”. Maka al-Junayd lalu berkata kepadanya : “Ambillah kembali uangmu ini, sebab engkau lebih memerlukannya daripada kami.” Junayd tidak menerimanya.”


Related Posts

No comments:

Post a Comment