Wednesday, August 24, 2016

Majelis ke 39. MENCINTAI AULIYA’ DAN SHOLIHIN (Fathur-rabbany)

| Wednesday, August 24, 2016
Terjemah Kitab

Fathur-Rabbany

wal

Faidhur-Rahmany

Karya
 Syeikh Abdul Qadir Al-Jailany ra.


Majelis ke  39.
MENCINTAI AULIYA’ DAN SHOLIHIN

Jum’at pagi 12 Eajab tahun 545 di Pondok,
Beliau berkata:
Jika kamu ingin menduduki dunia akhirat,jadikanlah seluruh tujuanmu hanya untuk Allah; dari sana maka, terjadilah pemerintah dan pemimpin atas dirimu sendiri dan orang lain. Sungguh, aku ini menasehatimu, karena itu, terimalah nasihatku; Aku membenarkan, maka benarkanlah aku, tapi jika kamu mendustakan daku, sesungguhnya kedustaan itu ada padamu, tapi jika kamu membenarkan daku, maka sungguh kamu benar : “Sebagaimana kamu mendekat, maka kami pun mendekat.”
Terimalah konsep dariku untuk mengobati penyakit agama yang mengendap di hatimu, dan amalkanlah tentu memperoleh kesembuhan. Barangsiapa berjalan mengitari dunia, barat sampai ke timur untuk mencari para wali, orang-orang shalih, yaitu para dokter kalbu dan agama, maka bila di antaranya telah didapat kemudian mereka mencari lagi tambahan untuk kesembuhan agama. Sayangnya sampai kini kamu masih tegar membenci mereka – fuqaha, Ulama, para wali – dus, para pendidik dan pengajar, jika demikian kelakuanmu masih disangsikan bila terapi dapat kamu terima. Cih,mana mungkin pengobatan yang kusampaikan bermanfaat bagimmu, setiap hari aku galang fondamen-fondamen itu, tapi kamu giat merusaknya.
Jika aku katakan : Jangan makan suapan ini, karena di dalamnya mengandung racun, rupanya kamu tetap menetangku tidak percaya, bahkan tetap melahap makanan beracun itu. Tidak lama proses keracunan itu akan segera tampak dalam konstruksi agama dan imanmu. Sungguh aku menasehatimu, aku tidak ingin kamu binasa dengan pedangmu sendiri, aku tidak ingin mendapat lempengan-lempengan uangmu. Barangsiapa bersama Allah, ia tidak akan goncang oleh lau manusia dalam lingkungan masyarakat, baik dari golongan jin atau manusia, serangga-serangga bumi yang melata atau yang buas sampai ciptaan yang tersembunyi.
Setiap keselamatan dalam ridla, pasti melalui proses ketentuan, pendek angan-angan dan kezuhudan di dunia. Bila kamu melihat dirimu seorang yang lemah, maka tariklah kenangan mati serta memperpendek angan-angan. Nabi Muhammad saw. bersabda berdasar hikayat dari Allah :
”Tiada dekat orang yang dekat dengan-Ku dengan keutamaan-keutamaan-Ku mendatangi yang Aku wajibkan, dan tiada henti-hentinya hamba-Ku memperdekat dengan-Ku melalui amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya, maka jika Aku mencintainya Diri-Ku untuknya; pendengaran, penglihatan, tangan dan kekuatan; maka dengan Aku ia mendengar, dan dengan Aku ia melihat, dan dengan Aku ia bertenaga.”
Segala bentuk perbuatan yang ada ia lihat melalui Allah, dengan melalui-Nya, keluarlah daya kekuatan penglihatan jiwanya dan yang lain; semua bersumber dari Allah. Pergerakan dan daya kekuatannya terjadi oleh Allah bukan dari kehendak diri sendiri, juga bukan terdorong oleh makhluk, sehingga nafsu dunia akhiratnya keluar semua untuk bertaat kepada Allah. Praktis perekat taatnya itu menjadi sebab kecintaan Allah kepadanya, dengan taat dicintai di dekat, maksiat dibenci dijauhi, dengan taat menghasilkan jinak, maksiat menghasilkan lair. Karena keburukan liar terhalang oleh syara’ membawa hasil baik, sedang penetangnya menghasilkan jelek. Barangsiapa tidak punya syara’ yang bercokol dalam segala kondisinya, tentu ia mudah digndeng kerusakan dan kebinasaan.
Beramallah, bertekunlah jangan merasa berat pada amal, karena meningggalkan amal bisa mendatangkan sikap tamak, sedang berberat amal berarti sombong dan menipu. Di antara manusia ada yang berpihak di antara surga dan neraka, jika kamu arif, berarti berdiri di antara ciptaan dan Allah, terkadang kamu menaati ciptaan di lain waktu menaati Allah, kamu penjemput manusia dan memperlihatkan mereka bentuk-bentuk akhirat; khisabnya dan berbagai sesuatu yang ada di dalamnya, bukan hanya itu, bahkan kamu menjadi pelopor berita mengenai pengalaman yang telah kau lihat dan kau saksikan. Hanya berita itu tidak sampai tampak secara persis.
Manusia sama, menanti perjumpaan dengan Allah, dalam setiap waktu mereka mengharap-Nya tanpa merasa gentar hati, karena hal itu sebagai bukti kecintaan mereka; berpisah sebelum kamu terpisah, meninggalkan sebelum tertinggal, berpindah sebelum terpindah; keluarga dan seluruh ciptaan tidak membawa manfaat bagimu --- jika kamu sampai di kubur. Bertaubatlah dalam mengejar sesuatu yang diperbolehkan – syara – yang berbentuk syahwat.
Wahai manusia, berwara’lah dalam segala ihwalmu (kondisi) wara’ adalah kiswah (penutup/kelambu) agama, carilah kiswah dariku untuk agamamu, ikutilah aku karena aku berada dalam jalur kemuliaan Rasulullah saw. aku adalah sari satu di antara pengikutnya; meliputi sifat makan, minum, kawin dan segala ihwalnya; dus tiada sesuatu perilaku yang tidak bersumber dari beliau, aku tidak akan berhenti mengikutinya hingga sampai terwujud apa yang dikehendaki Allah. Aku tidak peduli puji atau cela, pembenaran atau penghentiamu, dengan kebaikan atau keburukanmu dengan kunjunganmu atau pembelakanganmu. Kau tolol, orang tolol itu tidak memperdulikannya, kalaupun kamu beruntung dan beribadah kepada Allah, maka ibadahmu tertolak, karena bentuk ibadahmu terlipat oleh sikap tolomu, sedang segala bentuk ketololan itu perusak. Nabi saw. bersabda :
“Barangsiapa menyembah Allah di atas ketololan, maka hal itu justru lebih banyak merusak sesuatu daripada menghasilkan kebaikan.”
Berkaitan dengan permasalahan ini, tiada kamu beruntung sampai kau mengikuti Kitab Allah dan sunnah Rasul-nya.
Ada Ulama berkata : “Siapa tidak punya guru, maka iblis menjadi gurunya. Ikutilah Guru, Ulama, para pemegang Kitab Allah, sunnah Rasul dan pengamal keduanya, atau berbaik sangka (husnu ‘dlah)-lah kepada mereka, jalinlah kekeluargaan dengan mereka tentu kamu beruntung, jika kamu tidak mengikuti Kitab Allah dan Sunnah, guru serta orang yang memahami isi keduanya, selamanya tentu kamu merugi.
Apa kamu mendengar ini : “Barangsiapa memperkaya pendapat sendiri, sesatlah ia.” Olahlah jiwamu dengan menjalin pesahabatan dengan orang-orang  yang lebih pandai daripadamu, sibukkan untuk berbaik bersamanya, lalu operkan kepada yang lain. Nabi saw. bersabda :
“Mulailah dengan dirimu sendiri, kemudian orang yang ada di sekitarmu.”
Lalu Sabdanya :
Tidak ada shadaqah sedang kamu punya saudara yang membutuhkan.”


Related Posts

No comments:

Post a Comment